Hari Guru Nasional dalam Gagasan Kaum Muda Milenial

 Nama : Dalillah Mustika Fatihah 

Kelas : XII IPS 3

Hari Guru Nasional dalam Gagasan Kaum Muda Milenial

25 November merupakan Hari Guru Nasional. Riwayat singkat hari guru nasional, keputusan presiden Republik Indonesia No.78 Tahun 1994 tenteang Hari Guru Nasional telah ditetapkan pada Presiden Soeharto pada 24 November 1994, mempunyai pertimbangan bahwa guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam melaksanakan pembangunan nasional khususnya dalam pengenbangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia(SDM). Pertimbangn lainnya pada tanggal 25 November di peringatan hari ulang tahun persatuan guru nasional. Pergerakan guru dalam berbagai organisasi sejak zaman Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama “Persatuan Guru Hindia Belanda”.

Banyak cara dan agenda yang diselenggaran untuk memeriahkan hari guru di Indonesia, mulai dari acara yang bersifat akademis seperti seminar, workshop dan simposium hingga acara yang bersifat non akademi seperti gerak jalan, dan berbagai acara hiburan yang lain serta puncaknya adalah upacara peringatan Hari Guru Nasional. Semua acara yang bertujuan untuk memeriahkan Hari Guru  tentunya adalah hal yang sah-sah saja. Namun yang  terpenting dalam esensi peringatan hari guru adalah bagaimana Hari Guru dijadikan sebuah refleksi secara internal bagi guru pribadi dan eksternal bagi  pembuat kebijakan yang berhubungan dengan guru. Salah satu refleksi internal yang dilakukan oleh guru adalah bagaimana upaya guru menjawab peluang dan tantangan guru dalam mendidik generasi melenial.

Generasi melenial  yang disebut juga dengan  generasi Y adalah  generasi yang lahir setelah generasi X.  Generasi ini adalah generasi yang dilahirkan dengan kondisi gizi dan lingkungan yang berbeda dengan generasi pendahulunya. Generasi melenial  menghadapi situasi yang sangat berbeda dengan paras generasi X tertama yang berkaitan dengan informasi.

Tantangan  teberat sorang guru dalam mendidik generasi melenial saat ini adalah bagaimana seorang guru memastikan bagaimana generasi melenial ini tetap menjunjung tinggi nilai-nilai karekter ditengah gempuran informssi dan sosial budaya yang dengan mudah mereka akses hingga memperangruhi kehidupan meraka.

Saat ini berbagai fenomena yang muncul yang melekat pada peserta didik dari generasi melenial  yang membuat guru-guru yang menghadapi generasi ini menghadapi tantangan yang begitu komplkes.  Guru saat ini  selain harus memiliki kemampuan akademi atau kompetesi profesional yang baik selain itu guru juga harus dilengkapi dengan penguasaan  terhadap informasi dan teknologi agar dapat mengimbangai generasi yang mereka didik. Selain itu guru juga harus mampu memberikan influence  kepada siswanya. Mengapa ini penting, jika guru tidak dapat memberikan pengaru kepada siswanya maka bisa dikatakan guru tersebut tidak dapat merubah apapun yang ada pada diri siswanya. Generasi melenial memang dapat mengakses jutaan informasi yang ada dalam dunia maya, dengan modal smartphone  yang ada pada genggamannya mereka akan mengetahui segalnya yang mungkin belum diketahui oleh gurunya. Namun mereka pada dasar merindukan seorang real model  dalam dunia nyata mereka. Mereka merindukan seseorang yang benar-benar dapat dijadikan contoh dalam kehidupan nyata mereka.

Sebagain besar generasi saat ini  memiliki karekter  tidak dapat diterima dalam kehidupan bermasyarakat. Anak-anak  saat ini cenderung egois, tidak suka bekerja sama. Hal ini disebabkan seringnya mereka lebih suka bermain game lewat ponsel android daripada permainan tradisional yang mengajarkan perilaku untuk bekerjasama. Fenomena ini tidak bisa dipungkiri, baik itu di kota maupun di pelosok desa sekalipun. Karakter anak pada sebagian generasi millenial memprihatinkan. Mereka kadang tidak menghargai orangtua maupun gurunya. Bahkan dari mereka juga terkadang terjebak pada dunia kriminal dan narkoba. Generasi millenial dalam minat belajar juga sebagian besar mengalami kemunduran. Oleh karena itu guru memiliki tantangan bagaimana guru dapat menginsipirasi  siswa agar meraka tetap memiliki motivasi belajar tinggi dan memotivasi mereka untuk tetap menjadi orang-orang yang berkarakter.

Di era  millennial, kecenderungan dunia pendidikan antara lain: berkembangnya model belajar jarak jauh (Distance Learning), mudahnya menyelenggarakan pendidikan terbuka, sharing resource bersama antar lembaga pendidikan, perpustakaan dan instrument pendidikan lainnya (guru, dosen,  laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku. Lembaga pendidikan akan menghadapi sebuah perubahan yang signifikan akibat proses digital ini. Ini menjadi sebuah peluang dan cara untuk meningkatkan kualitas  pendidikan sekaligus tantangan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pada era millenial, manusia mulai meninggalkan cara-cara konvensional dalam menjalani kehidupan, digantikan dengan trend dan gaya hidup yang lebih fresh and youth, atau yang biasa dikenal dengan istilah "kekinian".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Respon Internasional terhadap Kemerdekaan Indonesia